First
Day
Tap… tap… tap… Helen
berlari-lari kecil di sekitar koridor Georgino Junior High School. Hari ini
adalah hari pertamanya masuk sekolah. Di setiap kelas dia melihat daftar absen,
berharap Linda dan Irene, sahabatnya akan satu kelas dengannya. Dia sudah
melihat absen kelas 7a dan 7b, tetapi tidak terpampang namanya, atau nama kedua
sahabatnya di kelas-kelas tersebut. Helen menghela nafas. Menunduk sebentar,
lalu menuju ke kelas 7c, ini berarti dia harus naik tangga. Huft… capeknya
bukan main. Di kelas 7c, tidak ada namanya. Tetapi dia melihat nama Irene Smith
terpampang di absen kelas itu. Ini berarti dia tidak skelas dengan Irene. Lalu
dia ke kelas disebelahnya, yaitu 7d.
Lalu nama Lindsay Hogan terpampang di absen kelas tersebut, tetapi namanya
tidak terpampang disana. Ini berarti
Helen tida sekelas dengan siapapun dan harus mencari teman baru. Lalu dia
menuju ke kelas 7e, sialnya lagi, saat hendak pergi,dia bertabrakkan dengan
seseorang sehingga berkas-berkas yang dipegangnya terjatuh.
“Duh… maaf ya aku gak sengaja,” kata Helen tanpa menatap orang itu.
Lelaki
itu bukannya minta maaf juga, malah berkata dengan sinis, “Please deh, punya mata gak sih? Jalan kan luas, kaya gak ada
jalan lain aja”
“Sok banget sih… Aku kan sudah minta
maaf sama kamu. Simpati sedikit, dong.
Sombong banget, sih,” Helen bangkit
dan menatap orang itu.
“Loh? Emangnya harus ya aku simpati sama
kamu? Siapa yang suruh? Sudah ah…
buang-buang waktu ngomong sama orang ribet kayak kamu,” katanya sambil menatap
Helen lalu meninggalkannya.
Helen
pun pergi tanpa memperdulikan orang aneh itu. Akhirnya dia sampai di kelas 7h,
dia melihat daftar absen dan… akhirnya nama Helena Anastasya terpampang disana.
“Hah…
ternyata capek juga ya keliling-keliling mencari kelas. Aku jadi haus. Mending
ke kantin aja, deh…” gumam Helen
dalam hati.
Ia
pun bergegas menuju kantin. Di kantin, Ia memesan segelas strawberry milkshake dan duduk di meja nomor 7.
“Helen!!!”
teriak seseorang dari kejauhan. Suara itu tak asing di telinga Helen.
Sepertinya Helen mengenal orang itu, jangan-jangan….
Helen
menoleh ke asal suara tersebut. Dan ternyata Linda yang memanggilnya. Linda
juga bersama Irene. Linda dan Irene pun menghampiri Helen. Pas ketemu, langsung
deh… cipika-cipiki. Dan mereka pun
berbincang-bincang di meja tersebut.
“Duh…
gak nyangka, ya. Kita sudah SMP. Eh,
ketemu lagi,” Irene mengawali pembicaraan.
“Iya,
ya… dunia itu ternyata sempit, ya?” lanjut Linda.
“Eh, tapi kok… mukanya Helen kusut begitu, ya? Kayak benang layangan yang gak ada ujungnya,” Linda menatap ke
Helen.
“Bukan,
Lin. Mukanya dia, tuh… kayak kemeja
lecek yang belum diseterika,” kata Irene sambil tertawa.
“Ha…ha…
ha… bisa aja kamu,” kata Linda.
Helen
hanya diam sambil menyedot milkshake-nya.
“Ih… kok
diem aja, sih? Ngomong, dong. Satu kata, kek. Kamu kenapa, sih?”
kata Irene.
“Tau nih, aku bete hari pertama sekolah di sini,” kata Helen sambil menatap ke
atas.
“Hah?
Bete? Gak salah? Ini kan
sekolah favorit. Sekolahnya anak-anak elit. Aku gak ngerti deh. Kamu bete kenapa?” Linda nyerocos.
“Anak-anak
yang sekolah di sini sepertinya sombong-sombong, deh… Aku juga bete karena
kita gak sekelas,” kata Helen sambil
menatap ke atas.
“Kok kamu bisa ngomong kayak gitu?” Irene
penasaran.
“Ya…
tadi aku nyari-nyari kelas, lalu aku bertabrakan dengan anak laki-laki. Eh, bukannya minta maaf, dia malah
marah-marah. Sombong banget sih…” kata
Helen.
“Oh…
begitu. Mungkin gak semua orang di
sini sombong, kok. Kan kamu belum mengenal semuanya. Aku
yakin deh, pasti menyenangkan banget
sekolah di sini,” hibur Irene sambil merangkul Helen.
“Lagian,
gak bakal bete kali sekolah di sini. Nih, ya… aku denger-denger ada anak kece nan ganteng yang masuk sekolah ini.
Namanya Ariel. Aku jadi penasaran deh,”
kata Linda sambil mesem-mesem
sendiri.
“Emangnya
dia kece gimana maksud kamu?” Tanya
Helen.
“Selain
ganteng. Dia itu juara anggar loh…
keren, ya? Aku ingin deh, punya kakak
sekeren itu,” jelas Linda.
Helen
dan Irene tertawa.
“Kok ketawa? Apa yang lucu?” Linda
garuk-garuk tidak gatal.
“Jadi
kamu baru sadar kalau olahraga anggar itu keren? Tapi kok kamu selalu malas ya menemaniku nonton pertandingan anggarnya
Helen?” Tanya Irene.
“Kamu
juga pernah bilang, ‘ah… apa bagusnya sih?
Itu sih namanya bukan olahraga.
Kalahnya cuma sebentar, gak seru’” kata Helen sambil menirukan
celotehan Linda.
Linda berpikir
sebentar, “Iya… iya… aku akui deh
kalau olahraga anggar itu emang keren. Tapi yang jelas, aku sudah gak sabar nih, ingin ketemu sama dia.”bersambung...
0 comments:
Post a Comment